Rabu, 19 Juni 2019

R I N D U


Adakalanya kita dihadapkan pada suatu waktu, dimana kerinduan itu memuncak, hati begitu dalam merindukan mereka yang  dicintai, namun jarak memisahkan itu semua. Kadang kesendirian memperdalam rasa itu, bahkan tak tertahankan, tapi hanya banyangan dan mimpi yang memperdekatkan. Waktu tidak terasa mengalir, berganti, dentingannya kadang berlalu sesunyi hati yang merindu.

Kadang terpikir, rindu itu egois sebab ia selalu bertambah, dan aku tidak tahu bagaimana cara untuk menghentikannya. Namun suatu ketika rindu itu juga curang, sebab sepertinya hanya itu satu-satunya perasaaan yang muncul, tidak memberikan kesempatan untuk rasa yang lain bersinggah di hati. Sering ingin ku tikam hati ini, membiarkan rindu pergi, setidaknya menjauh sekejab, ku coba menyibukkan diri sampai larut bahkan tenggelam di di dalamnya, namun ku tak pernah tega membunuh rasa itu.

Rindu itu tidak pula hanya bermula dari jarak yang terpisah, kadang ia muncul dari keinginan yang belum terwujud, aku memahaminya sebagai sebuah karunia, karena dengannya aku selalu menjadikan mereka yang kurindukan berada dalam barisan utama setiap doaku. Rindu mengajarkanku bahwa ia tak sekedar perlu di ungkapkan dengan kata, ia juga perlu dipanjatkan dalam doa.
Tak pernah ada yang salah dengan rindu, ia hanya mengisi ruang kosong dalam hati, waktu dan jarak semestinya bukanlah menjadi tumbal bagi sebuah kerinduan, tidak semestinya disalahkan, rindu hanya hadir karena keberadaan, sedekat apapun jarak dalam peta kehidupan, selama tidak kekal di hati dan ingatan, ia tidak akan pernah lahir, rindu hanya lahir karena seberapa dalam kau mengingatnya.

Rindu lah yang memberiku pelajaran bahwa aku tidak ingin jauh sedikitpun dari rasa itu, rindu kuperlukan karena ku tak ingin terpaku dalam kesendirian, aku tak berani menatap waktu tanpa memikirkan apapun, karena aku bahagia memikirkan mereka yang berada di kejauhan. Hari hari akan terlewati, dan aku hanya bisa berlari dari mimpi, seakan kebersamaan itu selalu hadir. Ya..itulah jalan yang harus di lalui, tetapi keyakinan bahwa itu akan berakhir suatu hari nanti membuatku kuat, bahwa sejauh apapun aku melangkah mengelilingi bumi, sejauh apapun mata ku memandang dan melirik jalan panjang dihadapanku, aku pasti akan pulang.

Andri Meiriki, 19 Juni 2019