Adakalanya kita dihadapkan pada suatu
waktu, dimana kerinduan itu memuncak, hati begitu dalam merindukan mereka yang dicintai, namun jarak memisahkan itu semua. Kadang
kesendirian memperdalam rasa itu, bahkan tak tertahankan, tapi hanya banyangan
dan mimpi yang memperdekatkan. Waktu tidak terasa mengalir, berganti,
dentingannya kadang berlalu sesunyi hati yang merindu.
Kadang terpikir, rindu itu egois sebab
ia selalu bertambah, dan aku tidak tahu bagaimana cara untuk menghentikannya. Namun
suatu ketika rindu itu juga curang, sebab sepertinya hanya itu satu-satunya
perasaaan yang muncul, tidak memberikan kesempatan untuk rasa yang lain
bersinggah di hati. Sering ingin ku tikam hati ini, membiarkan rindu pergi,
setidaknya menjauh sekejab, ku coba menyibukkan diri sampai larut bahkan
tenggelam di di dalamnya, namun ku tak pernah tega membunuh rasa itu.
Rindu itu tidak pula hanya bermula dari
jarak yang terpisah, kadang ia muncul dari keinginan yang belum terwujud, aku
memahaminya sebagai sebuah karunia, karena dengannya aku selalu menjadikan
mereka yang kurindukan berada dalam barisan utama setiap doaku. Rindu mengajarkanku
bahwa ia tak sekedar perlu di ungkapkan dengan kata, ia juga perlu dipanjatkan
dalam doa.
Tak pernah ada yang salah dengan rindu,
ia hanya mengisi ruang kosong dalam hati, waktu dan jarak semestinya bukanlah
menjadi tumbal bagi sebuah kerinduan, tidak semestinya disalahkan, rindu hanya
hadir karena keberadaan, sedekat apapun jarak dalam peta kehidupan, selama
tidak kekal di hati dan ingatan, ia tidak akan pernah lahir, rindu hanya lahir
karena seberapa dalam kau mengingatnya.
Rindu lah yang memberiku pelajaran
bahwa aku tidak ingin jauh sedikitpun dari rasa itu, rindu kuperlukan karena ku
tak ingin terpaku dalam kesendirian, aku tak berani menatap waktu tanpa
memikirkan apapun, karena aku bahagia memikirkan mereka yang berada di
kejauhan. Hari hari akan terlewati, dan aku hanya bisa berlari dari mimpi,
seakan kebersamaan itu selalu hadir. Ya..itulah jalan yang harus di lalui,
tetapi keyakinan bahwa itu akan berakhir suatu hari nanti membuatku kuat, bahwa
sejauh apapun aku melangkah mengelilingi bumi, sejauh apapun mata ku memandang
dan melirik jalan panjang dihadapanku, aku pasti akan pulang.
Andri Meiriki, 19 Juni 2019