Selasa, 08 November 2016

BELAJAR DARI SAHABAT DEKAT (KETULUSAN)

Hari ini saya teringat suatu kejadian yang begitu membekas di hati saya. boleh dikatakan sebuah pencerahan, datangnya bukan dari perkataan orang terkenal, atau motivator ternama, ya..datangnya dari seorang teman kuliah..kejadiannya sekitar tahun 2015, kami bertemu kembali setelah 11 tahun lebih tidak bertemu. Waktu itu saya sedang ada dinas di Jawa Tengah, dan kebetulan saya melewati daerah tempat tinggalnya, kami janjian disebuah pom bensin, hanya bertemu untuk berbicara sejenak, merajut silatuhrahim yang selama ini hanya terjalin melalui media sosial, tapi baru kali ini dapat bertemu langsung, ia datang bersama anaknya, waktunya sangat singkat, hanya kurang dari 10 menit, sebab saya harus buru buru melanjutkan perjalanan karena sudah ada janji kedinasan lain sebelumnya.

Begitu bertemu dengannya, dia kelihatan tidak banyak berubah, padahal 11 tahun berlalu, wajahnya selalu bersih, ceria, dan tutur katanya persis sangat sopan seperti dulu, saya merasa begitu bahagia bisa bertemu langsung kembali dengannya, kami adalah teman dekat semasa kuliah dulu, dia sangat banyak membantu dalam keseharian saya, apalagi dalam menjalani aktivitas perkuliahan dikampus. dia anak yang cerdas, lulusan tercepat di kelas kami waktu itu, ya...pertemuan itu lebih banyak bicara tentang keseharian dan keluarga kami masing masing, dia saat ini sangat berhasil dalam usahanya, dan yang lebih menakjubkan, ia punya lembaga pendidikan, luar biasa, itu adalah cita cita mulia, dan itu pernah kami diskusikan beberapa tahun lalu, dan ia mewujudkannya.

Saya bertanya padanya, apa yang menjadi sumber kekuatan utamanya dalam menjalani semua aktivitasnya itu, kalau dari ceritanya dan yang juga saya tahu dan ikuti selama ini, dia sangat sibuk, banyak pekerjaan dan rutinitas lainnya, padahal saya  juga tahu, ini semua ia mulai dari nol, ia awalnya hanya tertawa kecil, ia bilang semuanya hanya dimulai dengan tekad...tapi saya tidak percaya...saya juga punya tekad yang luar biasa, ya,,saya juga bisa dibilang cukup berhasil dengan apa yang saya jalani sekarang...tapi ada satuhal yang sangat saya lihat berbeda darinya, pembawaannya saat ini, ia begitu tampak luar biasa, wajah yang penuh dengan kebahagian, saya kenal lama dengannya, dan saya yakin saya tidak salah dalam menilai, apalagi melihat cara dia berbicara dan memperlakukan anaknya yang masih kecil itu, anak keduanya dari tiga anak laki lakinya yang ia ajak bertemu dengan saya sangat menyentuh...

Ia lalu berujar pada saya, bahwa ia melakukan apapun dalam hidup hanya bemodal ketulusan dan mempertahankan kepercayaan dari siapapun yang mengenalnya. ketulusan itu menurutnya adalah perekat hati, apapun harus dimulai dengan ketulusan, bahkan berniatpun harus dengan ketulusan, apalagi telah melakukan sesuatu, terlebih untuk orang banyak. sambil bercanda ia juga berkata pada saya, saya jumpai kamu disini juga karena saya tulus, kalau sudah tulus, pasti semua akan berakhir iklas menerima apapun hasil dan takdir yang sudah digariskan.

Saya sangat menyayangkan, kami berjumpa diwaktu yang singkat, mendadak tanpa konfirmasi dari jauh hari, tiba-tiba staf saya bilang "pak kita harus lanjutkan perjalanan, sudah ditunggu", tapi pertemuan singkat itu sangat membekas di hati saya, dan Alhamdulillah saya beroleh pencerahan hati yang lua biasa, dan sampai hari ini, saya yakinkan, bahwa tekad yang saya miliki untuk menjali kehidupan saya lebih baik saya ikuti dengan ketulusan dan keikhlasan yang jauh lebih mendalam.

Terima kasih kawan.. semoga kebaikan senantiasa menyertai kita, orang orang yang kita kasihi dan mereka yang bersama kita dan bekorban untuk kita, siapapun dan apapun itu..Aamiin.

Andri Meiriki. 

 



Sabtu, 05 November 2016

4 NOVEMBER 2016 GERAKAN KOLEKTIF SPRITUAL



Demonstrasi adalah hal lumrah dalam sebuah negara demokrasi, ia hadir sebagai bentuk penyuaraan aspirasi, cerobong suara bagi setiap jiwa maupun kelompok yang ingin menyampaikan pendapat kebenaran, bahkan menentang arus kebijakan yang berlawanan. Bersuara adalah hak asasi, ia tidak dapat dikekang apalagi dikebiri, negara inipun berdiri sebagai wujud demonstrasi akan kezaliman dan penindasan. Demonstrasi adalah keharusan, terlebih banyak kejadian dan permasalahan publik yang menjadi sorotan, namun jauh dari penyelesaian. 

Apa yang kita lihat pada 4 November 2016, adalah sebuah rangkaian sejarah, ia bukan saja sebuah tampilan demonstrasi, tapi ini adalah sebuah gerakan kolektif spritual, 4 November 2016 bukanlah demonstrasi biasa. Gerakan ini tumbuh dan berakar dari sebuah kesamaan pandangan, kesamaan akidah, kesamaan hati, dan kesamaan iman. Gerakan 4 Nomber 2016 adalah bukti bahwa  Islam adalah cahaya, penerang hati bagi penganutnya, tak ada jiwa yang rela agamanya dibawah kepada kegelapan, tak ada jiwa yang ikhlas kitab sucinya dijadikan bahan cemoohan dilapisasi tuduhan akan kebohongan, tak ada jiwa yang ikhlas ketika para ulama dan guru mereka dianggap pembohong dan penyampai kabar dusta. Semua seakan terbangun, setiap insan merasa bahwa mereka semua terhina hanya karna sebuah kalimat dari seseorang yang menganggab dirinya penguasa yang tidak pernah berfikir dari hatinya.

Gerakan 4 November 2016 telah menggugah banyak hati, menyemai benih persatuan dikalangan setiap muslim dinegeri ini, penanda bagi kita bahkan dunia, bahwa hari itu Insya Allah akan menjadi hari penerang bagi setiap kegelapan iman, hari yang dipenuhi cinta bagi mereka yang diliputi kebencian, hari yang menunjukkan Islam itu terus tegak diatas penindasan dan kezaliman. Hari itu juga akan menjadi bukti, bahwa satu ayatpun dari kalimat Allah SWT, mampu menggerakkan sanubari setiap insan muslim menjadi satu kepaduan. Semua bergerak, datang kepusat negeri menyampaikan aspirasi, ratusan ribu jiwa, puluhan organisasi islam dan organisasi sosial kemasyarakatan ambil bagian menyuarakan kebenaran iman yang hakiki. Tidak hanya di pusat negeri ini jakarta, tapi semua berlangsung diseluruh nusantara, mereka menyuarakan satu suara, hadir dengan satu tujuan, yakni menuntut keadilan akan dugaan penistaan agama mereka. 

Aparat hukum boleh berkata, ini baru hanya sebatas dugaan penistaan agama, tapi bagi semua yang bersuara dan hadir pada hari itu, ini adalah jelas sebuah penistaan, sebuah kezaliman, sebuah kebohongan bahkan sebuah penindasan spritual. Gerakan 4 November 2016 terbukti sebagai gerakan damai, walau ada insiden rusuh di akhir aksi dan insiden kawasan penjaringan yang menurut saya bagian yang berbeda dari aksi damai ini, gerakan 4 November 2016 memperlihatkan bahwa semua menghormati akan hukum dinegeri ini, mempertontonkan bahwa hak asasi pasti dijunjung tinggi, menampilkan kedamaian dan harmonisasi dalam keberagaman pasti dihargai. Yang terpenting dari itu semua adalah bukti nyata bahwa mereka yang saat ini berkuasa mendengarkan suara hati dan tuntutan mereka, ini bukan suara pribadi, ini bukan tuntutan kelompok, apalagi suara protes sebuah ormas, tapi ini adalah suara kolektif muslim dinegeri ini dalam sebuah gerakan kolektif spritual.

Gerakan kolektif spritual semacam ini, patut menjadi perhatian, ini adalah sebuah gerakan yang dilandasi ketulusan untuk menegakkan kebenaran agama secara bersama, akan menjadi cermin kedepan bagi bangsa ini untuk terus berupaya memperbaiki demokrasi, bahwa gerakan kolektif spritual civil society mampu mendobrak alam demokrasi. Gerakan ini yang pada awalnya bukan merupakan gerakan terorganisasi akhirnya mampu menjadi letupan dan melahirkan gelombang aksi yang begitu besar, dan ini nyata, dan siapapun dinegeri ini jangan meremehkan gelombang aksi dalam gerakan spritual seperti ini. Perlu menjadi pertimbangan bahwa dalam demokrasi itu sendiri tidak hanya tuntutan sosial, ekonomi dan politik yang menjadi issu dan permasalahan bagi negeri ini, tetapi hal yang sangat sensitif seperti agama dan kepercayaan itu akan mampu membangkitkan kolektifitas ummat dan masyarakat untuk cepat bersatu menuntut perubahan. 

Gerakan 4 November 2016 telah menunjukkan kepada kita bangsa Indonesia, bahkan dunia, bahwa islam itu adalah agama damai, bahwa umat islam itu cinta perdamaian, tetapi dalam kahampaan dan kegelapan yang dilahirkan, ummat islam itu tidak takut untuk menyalakan cahaya kebenaran. Sekarang semua telah terbukti, bahwa gerakan damai ini mengingatkan kita, bahwa kebenaran itu pasti ditampakkan ditengah adanya kebathilan. Semoga setiap upaya, niat baik dan pengorbanan yang ditempuh dan dihadapi setiap yang menyuarakan kebenaran agamanya akan berbuah kebaikan, melahirkan keadilan, bukan untuk satu orang, bukan untuk satu kelompok atau ormas, tetapi untuk jutaan pemegang kitab suci Al-qur’an.

Saat ini menjadi sebuah keharusan, pemerintah dan penegak hukum mengambil peran yang lebih besar, menentukan sikap, memperhatikan pandangan dan mengambil keputusan atas tuntutan yang disampaikan. Gerakan kolektif spritual ini menunggu komitmen, keputasan, berharap keadilan, dan itu tidak boleh diabaikan apalagi dibiarkan, ini menyangkut hati, ini menyangkut keyakinan dan penegakan hukum harus dijalankan serta kasus ini musti dituntaskan. 

ANDRI MEIRIKI