Demonstrasi adalah hal
lumrah dalam sebuah negara demokrasi, ia hadir sebagai bentuk penyuaraan
aspirasi, cerobong suara bagi setiap jiwa maupun kelompok yang ingin
menyampaikan pendapat kebenaran, bahkan menentang arus kebijakan yang
berlawanan. Bersuara adalah hak asasi, ia tidak dapat dikekang apalagi
dikebiri, negara inipun berdiri sebagai wujud demonstrasi akan kezaliman dan
penindasan. Demonstrasi adalah keharusan, terlebih banyak kejadian dan
permasalahan publik yang menjadi sorotan, namun jauh dari penyelesaian.
Apa yang kita lihat pada 4
November 2016, adalah sebuah rangkaian sejarah, ia bukan saja sebuah tampilan
demonstrasi, tapi ini adalah sebuah gerakan kolektif spritual, 4 November 2016
bukanlah demonstrasi biasa. Gerakan ini tumbuh dan berakar dari sebuah kesamaan
pandangan, kesamaan akidah, kesamaan hati, dan kesamaan iman. Gerakan 4 Nomber
2016 adalah bukti bahwa Islam adalah
cahaya, penerang hati bagi penganutnya, tak ada jiwa yang rela agamanya dibawah
kepada kegelapan, tak ada jiwa yang ikhlas kitab sucinya dijadikan bahan
cemoohan dilapisasi tuduhan akan kebohongan, tak ada jiwa yang ikhlas ketika
para ulama dan guru mereka dianggap pembohong dan penyampai kabar dusta. Semua
seakan terbangun, setiap insan merasa bahwa mereka semua terhina hanya karna
sebuah kalimat dari seseorang yang menganggab dirinya penguasa yang tidak
pernah berfikir dari hatinya.
Gerakan 4 November 2016
telah menggugah banyak hati, menyemai benih persatuan dikalangan setiap muslim
dinegeri ini, penanda bagi kita bahkan dunia, bahwa hari itu Insya Allah akan
menjadi hari penerang bagi setiap kegelapan iman, hari yang dipenuhi cinta bagi
mereka yang diliputi kebencian, hari yang menunjukkan Islam itu terus tegak
diatas penindasan dan kezaliman. Hari itu juga akan menjadi bukti, bahwa satu
ayatpun dari kalimat Allah SWT, mampu menggerakkan sanubari setiap insan muslim
menjadi satu kepaduan. Semua bergerak, datang kepusat negeri menyampaikan
aspirasi, ratusan ribu jiwa, puluhan organisasi islam dan organisasi sosial
kemasyarakatan ambil bagian menyuarakan kebenaran iman yang hakiki. Tidak hanya
di pusat negeri ini jakarta, tapi semua berlangsung diseluruh nusantara, mereka
menyuarakan satu suara, hadir dengan satu tujuan, yakni menuntut keadilan akan
dugaan penistaan agama mereka.
Aparat hukum boleh berkata,
ini baru hanya sebatas dugaan penistaan agama, tapi bagi semua yang bersuara
dan hadir pada hari itu, ini adalah jelas sebuah penistaan, sebuah kezaliman,
sebuah kebohongan bahkan sebuah penindasan spritual. Gerakan 4 November 2016
terbukti sebagai gerakan damai, walau ada insiden rusuh di akhir aksi dan insiden kawasan penjaringan yang menurut saya bagian yang berbeda dari aksi damai ini, gerakan 4 November 2016 memperlihatkan bahwa semua menghormati akan
hukum dinegeri ini, mempertontonkan bahwa hak asasi pasti dijunjung tinggi,
menampilkan kedamaian dan harmonisasi dalam keberagaman pasti dihargai. Yang
terpenting dari itu semua adalah bukti nyata bahwa mereka yang saat ini
berkuasa mendengarkan suara hati dan tuntutan mereka, ini bukan suara pribadi,
ini bukan tuntutan kelompok, apalagi suara protes sebuah ormas, tapi ini adalah
suara kolektif muslim dinegeri ini dalam sebuah gerakan kolektif spritual.
Gerakan kolektif spritual
semacam ini, patut menjadi perhatian, ini adalah sebuah gerakan yang dilandasi
ketulusan untuk menegakkan kebenaran agama secara bersama, akan menjadi cermin
kedepan bagi bangsa ini untuk terus berupaya memperbaiki demokrasi, bahwa
gerakan kolektif spritual civil society mampu mendobrak alam demokrasi. Gerakan
ini yang pada awalnya bukan merupakan gerakan terorganisasi akhirnya mampu
menjadi letupan dan melahirkan gelombang aksi yang begitu besar, dan ini nyata,
dan siapapun dinegeri ini jangan meremehkan gelombang aksi dalam gerakan spritual
seperti ini. Perlu menjadi pertimbangan bahwa dalam demokrasi itu sendiri tidak
hanya tuntutan sosial, ekonomi dan politik yang menjadi issu dan permasalahan
bagi negeri ini, tetapi hal yang sangat sensitif seperti agama dan kepercayaan
itu akan mampu membangkitkan kolektifitas ummat dan masyarakat untuk cepat
bersatu menuntut perubahan.
Gerakan 4 November 2016 telah
menunjukkan kepada kita bangsa Indonesia, bahkan dunia, bahwa islam itu adalah
agama damai, bahwa umat islam itu cinta perdamaian, tetapi dalam kahampaan dan
kegelapan yang dilahirkan, ummat islam itu tidak takut untuk menyalakan cahaya
kebenaran. Sekarang semua telah terbukti, bahwa gerakan damai ini mengingatkan
kita, bahwa kebenaran itu pasti ditampakkan ditengah adanya kebathilan. Semoga
setiap upaya, niat baik dan pengorbanan yang ditempuh dan dihadapi setiap yang
menyuarakan kebenaran agamanya akan berbuah kebaikan, melahirkan keadilan,
bukan untuk satu orang, bukan untuk satu kelompok atau ormas, tetapi untuk
jutaan pemegang kitab suci Al-qur’an.
Saat ini menjadi sebuah
keharusan, pemerintah dan penegak hukum mengambil peran yang lebih besar, menentukan sikap,
memperhatikan pandangan dan mengambil keputusan atas tuntutan yang disampaikan.
Gerakan kolektif spritual ini menunggu komitmen, keputasan, berharap keadilan,
dan itu tidak boleh diabaikan apalagi dibiarkan, ini menyangkut hati, ini
menyangkut keyakinan dan penegakan hukum harus dijalankan serta kasus ini musti
dituntaskan.
ANDRI MEIRIKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar